Social Icons

Pages

Minggu, 27 April 2014

Cerita Cinta Mereka

Saat Aku Gagal Menikah

Dengan hati yang tulus dan tenang, kubagikan
kisahku ini. Sebut saja namaku Ridang. Semoga
kisah tentang kegagalan pernikahanku ini bisa
menjadi cahaya lilin bagi hati yang meredup
karena kehilangan cinta seorang kekasih.
Aku adalah seorang karyawati di rumah sakit
swasta di kota “S”. Di antara segala kesibukan
bekerja di rumah sakit dan rutinitas di asrama,
aku masih menyempatkan diri untuk bergabung
dalam kelompok paduan suara. Aku menyanyi
untuk acara-acara pernikahan di gereja. Aku
bersyukur dikaruniai bakat untuk menyanyi ini.
Banyak pengalaman positif yang kudapatkan
dengan bergabung dalam kelompok paduan
suara .
Sebagai seorang wanita berusia 25 tahun, aku
mempunyai seorang kekasih. Dia bekerja di
bidang pelayaran. Sekian lama kami menjaga
hubungan cinta dan bersikap saling percaya
meski jarak sering memisahkan. Selama
beberapa tahun pula kami berusaha untuk saling
mengenal dan menjalin kasih sayang hingga
suatu ketika kami memutuskan untuk menikah.
Semua persiapan pernikahan mulai dari pernak-
pernik kecil kecil hingga rencana pertemuan
keluarga sudah kami bicarakan bersama.
Selain bekerja, aku juga mengikuti kursus rias
pengantin. Tentu wajar jika aku ingin membuat
acara pernikahanku terasa sangat istimewa. Aku
ingin menikah dengan mengenakan gaun
pengantin nuansa Eropa yang berwarna putih
dan panjang. Aku ingin mendesain sendiri gaun
pengantinku. Tetapi ternyata calon suamiku
meminta kami memakai pakaian adat Jawa
tengah. Apa boleh buat, aku mengalah dan tidak
ingin berdebat hanya karena masalah gaun
pengantin.
Aku mendatangi salah satu penjahit dan butik
langgananku. Sebuah busana pengantin jawa
telah siap dan tinggal menunggu waktu untuk
segera dikenakan. Sambil mempersiapkan
banyak hal yang berkaitan dengan rencana
pernikahan kami, kami berdua sebagai calon
pengantin harus mendaftarkan diri untuk ikut
kursus persiapan perkawinan di gereja. Aku
mendaftarkan nama kami untuk mengikuti kelas
kursus calon pengantin. Dalam kursus itu, kami
akan diberi banyak bekal persiapan tentang
hidup berkeluarga, bagaimana mengenal
pasangan lebih jauh, dan penyelidikan dari gereja
tentang kelayakan untuk sah atau tidaknya
perkawinan kami.
Pada awalnya, kami berdua begitu bahagia dan
tak sabar ingin segera mengikuti kursus
persiapan perkawinan itu. Tapi entah mengapa
sebabnya, secara perlahan calon suamiku
semakin sulit dihubungi. Aku mulai putus asa
tapi tetap berusaha berpikir positif. Hingga
akhirnya aku mengunjungi adik calon suamiku
yang kebetulan satu kota denganku. Dari adiknya
aku tahu bahwa kekasihku berpaling pada wanita
lain. Rasanya aku tidak perlu menceritakan
detailnya. Namun, yang pasti hati dan
perasaanku hancur berkeping-keping. Tanpa
kabar berita dia hilang begitu saja.
Setelah mendapat beberapa informasi yang
cukup dapat kupercaya, aku sudah tidak
berharap banyak tentang rencana pernikahanku
dengannya. Bahkan aku tidak mampu untuk
menangis karena rasanya hatiku telah mati rasa.
Rasanya dada ini sesak dan bebanku terasa
berat. Aku ingin menangis tetapi tidak setitik pun
airmata keluar. Aku mengunjungi seorang
biarawati di biara dan berharap dengan bercerita
padanya, aku bisa menangis dan merasa lega.
Kenyataannya, justru biarawati itu yang
menangis terharu padaku.
Cukup lama aku tidak bisa menangis. Pada
suatu hari seorang teman paduan suaraku
sedang menyanyi lagu ”Hadapilah dengan
Senyum” dan tanpa aku sadari, tangisku tiba-
tiba meledak. Aku tidak mampu menahannya
lagi. Aku dipeluk oleh sahabatku. Sepotong
syairnya berbunyi seperti ini ”bila bebanmu
terlalu berat, hadapilah dengan senyum. Bila
dunia mengecewakan, hadapilah dengan senyum.
Tuhanlah bentengmu, janganlah kau bimbang
akan semuanya hadapilah dengan senyum" dan
seterusnya.
Aku harus berjuang dengan segala cara untuk
tetap dapat tersenyum walau hati ingin menjerit
dan menangis. Terlebih lagi, tak lama kemudian
aku mendengar kekasihku menikah dengan
wanita lain. Adiknya datang menemuiku untuk
menyampaikan permintaan maaf. Bahkan dia
juga tidak ingin menghadiri pernikahan kakaknya.
Satu-satunya hal yang mampu membuatku
bertahan adalah doa. Ketika aku merasa dunia
sudah runtuh, rasa malu pada teman - teman,
dan bingung akan pertanyaan dari orang tuaku
mengapa aku batal menikah, aku hanya bisa
berdoa. Beruntung salah satu kakakku sangat
mengerti keadaanku dan dia yang menjelaskan
semua pada orang tuaku.
Pada waktu peristiwa itu terjadi, aku sedang aktif
dalam kelompok paduan suara di gereja,
terutama untuk mengisi suara sebagai solis atau
penyanyi tunggal. Profesionalisme sebagai
penyanyi harus bisa membuatku tegar. Dengan
hati berkeping-keping kususun nada demi nada
false dalam irama hidupku. Aku harus bangkit.
Aku harus kuat. Aku ingin bangkit menjadi
sepotong hati yang tegar walau batal menikah.
Semua sahabat paduan suara sangat mengerti
tentang peristiwa batalnya rencana
pernikahanku. Aku bahkan diijinkan untuk tidak
usah menyanyi dulu hingga hatiku tenang lagi.
Namun aku menolak. Aku harus tetap menyanyi.
Jadwal acara menyanyi tak akan kuubah.
Pada saat pertama kali aku menyanyi lagu The
Wedding dalam pernikahan salah satu temanku
pada masa sulitku itu, sahabat-sahabatku
menangis. Mereka menitikkan airmata haru
melihatku begitu syahdu mengalunkan lagu
pengiring pengantin masuk ke gereja menuju
altar suci untuk diberkati. Sungguh ini sebuah
keajaiban Tuhan. Aku begitu tegar menyaksikan
pasangan pengantin masuk ke gereja menuju
altar dengan gaun pengantin nuansa Eropa yang
cantik itu. Hingga bait terakhir lagu berhasil
kunyanyikan dengan sempurna dan penuh
perasaan.
Tanpa terasa aku telah melewati masa sulit ini.
Siapakah yang dapat bertahan jika bukan karena
kebesaran Tuhan? Tuhan telah mengajakku
bercanda rupanya. Ketika aku sedang meratapi
kepergian kekasih yang membatalkan pernikahan
kami, malah aku diberi semangat untuk terus
bernyanyi bagi banyak pasangan pengantin. Ya,
ini berarti aku harus mampu miliki hati yang
tegar.
Suatu hari, aku mendapat telepon dari mantan
kekasihku, dia mengatakan minta maaf karena
telah meninggalkan aku. Aku tidak menaruh
dendam sedikitpun dan memaafkan keadaannya.
Bahkan aku mendoakan kebahagiaannya. Ketika
ia menghubungi aku, mantan kekasihku ini
mengalami kecelakaan dan tidak bisa berjalan.
Pada saat yang sama istrinya meninggalkan dia.
Aku hanya bisa berdoa agar dia dapat segera
pulih dan sembuh seperti sediakala. Tetapi
maafkan aku Tuhan karena aku tak mungkin
kembali padanya. Dia sudah sembuh dari
kecelakaan tersebut, namun dia memilih
mengakhiri hidupnya sendiri karena tak
menemukan kebahagiaan.
Aku berdoa agar semua dosa dan kesalahannya
diampuni Tuhan. Dia tetap sahabat yang terbaik
dalam hidupku. Kini aku boleh mengucap syukur
dan membagikan kebahagiaan. Tanpa kuduga
cinta sejatiku akhirnya datang. Betapa indahnya
rencana Tuhan. Semua diatur indah pada
waktunya. Waktu yang tepat sesuai rencanaNya.
Aku telah menemukan seorang kekasih yang
mencintaiku dengan luar biasa dan yang
membangun kembali reruntuhan puing-puing
harapan tentang istana cintaku. Tuhan
terimakasih untuk semua ini. Kubagikan kisahku
ini agar menjadi pelita hati, percayalah dunia
belum berakhir hanya karena engkau tidak jadi
menikah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates