Social Icons

Pages

Jumat, 11 April 2014

Biografi Aristoteles

Aristoteles
dilahirkan
di
kota
Stagira,
Macedonia,
384
SM.
Ayahnya
seorang
ahli
fisika
kenamaan.
Pada
umur
tujuh
belas
tahun
Aristoteles
pergi ke Athena belajar di Akademi Plato. Dia
menetap di sana selama dua puluh tahun hingga
tak lama Plato meninggal dunia. Dari ayahnya,
Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat
di bidang biologi dan “pengetahuan praktis”. Di
bawah asuhan Plato dia menanamkan minat
dalam hal spekulasi filosofis.
Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang kembali ke
Macedonia, menjadi guru seorang anak raja umur
tiga belas tahun yang kemudian dalam sejarah
terkenal dengan Alexander Yang Agung.
Aristoteles mendidik si Alexander muda dalam
beberapa tahun. Di tahun 335 SM, sesudah
Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali
ke Athena dan di situ dibukanya sekolahnya
sendiri, Lyceum. Dia berada di Athena dua belas
tahun, satu masa yang berbarengan dengan karier
penaklukan militer Alexander. Alexander tidak
minta nasehat kepada bekas gurunya, tetapi dia
berbaik hati menyediakan dana buat Aristoteles
untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan.
Mungkin ini merupakan contoh pertama dalam
sejarah seorang ilmuwan menerima jumlah dana
besar dari pemerintah untuk maksud-maksud
penyelidikan dan sekaligus merupakan yang
terakhir dalam abad-abad berikutnya.
Walau begitu, pertaliannya dengan Alexander
mengandung pelbagai bahaya. Aristoteles
menolak secara prinsipil cara kediktatoran
Alexander dan tatkala si penakluk Alexander
menghukum mati sepupu Aristoteles dengan
tuduhan menghianat, Alexander punya pikiran
pula membunuh Aristoteles. Di satu pihak
Aristoteles kelewat demokratis di mata Alexander,
dia juga punya hubungan erat dengan Alexander
dan dipercaya oleh orang-orang Athena. Tatkala
Alexander mati tahun 323 SM golongan anti-
Macedonia memegang tampuk kekuasaan di
Athena dan Aristoteles pun didakwa kurang ajar
kepada dewa. Aristoteles, teringat nasib yang
menimpa Socrates 76 tahun sebelumnya, lari
meninggalkan kota sambil berkata dia tidak akan
diberi kesempatan kedua kali kepada orang-orang
Athena berbuat dosa terhadap para filosof.
Aristoteles meninggal di pembuangan beberapa
bulan kemudian di tahun 322 SM pada umur
enam puluh dua tahun.
Aristoteles dengan muridnya, Alexander Hasil
murni karya Aristoteles jumlahnya
mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya
masih tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak
kurang dari seratus tujuh puluh buku hasil
ciptaannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya
jumlah judul buku saja yang mengagumkan,
melainkan luas daya jangkauan peradaban yang
menjadi bahan renungannya juga tak kurang-
kurang hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul
merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya.
Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi,
embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi,
physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di
masa Yunani purba. Hasil karya ilmiahnya,
merupakan, sebagiannya, kumpulan ilmu
pengetahuan yang diperolehnya dari para asisten
yang spesial digaji untuk menghimpun data-data
untuknya, sedangkan sebagian lagi merupakan
hasil dari serentetan pengamatannya sendiri.
Untuk menjadi seorang ahli paling jempolan
dalam tiap cabang ilmu tentu kemustahilan yang
ajaib dan tak ada duplikat seseorang di masa
sesudahnya. Tetapi apa yang sudah dicapai oleh
Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof
orisinal, dia penyumbang utama dalam tiap
bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis
tentang etika dan metafisika, psikologi, ekonomi,
teologi, politik, retorika, keindahan, pendidikan,
puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan
konstitusi Athena. Salah satu proyek
penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri
yang digunakannya untuk studi bandingan.
Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian
banyak hasil karyanya adalah penyelidikannya
tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang
selaku pendiri cabang filosofi yang penting ini.
Hal ini sebetulnya berkat sifat logis dari cara
berfikir Aristoteles yang memungkinkannya
mampu mempersembahkan begitu banyak bidang
ilmu. Dia punya bakat mengatur cara berfikir,
merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang
kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang
ilmu pengetahuan. Aristoteles tak pernah kejeblos
ke dalam rawa-rawa mistik ataupun ekstrim.
Aristoteles senantiasa bersiteguh mengutarakan
pendapat-pendapat praktis. Sudah barang tentu,
manusia namanya, dia juga berbuat kesalahan.
Tetapi, sungguh menakjubkan sekali betapa
sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam
ensiklopedi yang begitu luas.
Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat
di belakang hari sungguh mendalam. Di jaman
dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya
diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin,
Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris.
Penulis-penulis Yunani yang muncul kemudian,
begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari
karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat.
Perlu juga dicatat, buah pikirannya banyak
membawa pengaruh pada filosof Islam dan
berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya
mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd
(Averroes), mungkin filosof Arab yang paling
terkemuka, mencoba merumuskan suatu
perpaduan antara teologi Islam dengan
rasionalismenya Aristoteles. Maimomides, pemikir
paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil
mencapai sintesa dengan Yudaisme. Tetapi, hasil
kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu
adalah Summa Theologia-nya cendikiawan
Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini
masih sangat banyak kaum cerdik pandai abad
tengah yang terpengaruh demikian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates